Penyerahan hewan kurban kepada masyarakat oleh Agung Prakoso (Kepala Divisi Kerohanian) dan Fauzi Azwin Aziz (Staf Divisi Kerohanian)
Dalam rangka iduladha, Himamia mengadakan program kerja yang bernama Kurium. Nama Kurium telah dipakai sejak Himamia periode 2019. Pada 2020, program kerja ini diadakan kembali.
Kurium merupakan singkatan dari kurban Himamia untuk masyarakat. Kurium pada 2020 direncanakan dengan kegiatan penyembelihan dan pengolahan hewan kurban oleh pengurus Himamia bersama masyarakat. Akan tetapi, hal ini dibatalkan karena upaya pencegahan pandemi. Akhirnya, kami memilih untuk mengantar hewan kurban ke lokasi tujuan saja.
Donasi dikumpulkan dari anggota maupun pengurus Himamia dikumpulkan lewat transfer bank, Dana, Ovo, maupun Gopay sejak 8 hingga 27 juli 2020. Dana yang terkumpul mencapai Rp. 3.726.000.
Kurium mendapat dana hasil Fatin periode 2019 sebesar Rp. 974.000 sehingga terkumpul untuk pembelian hewan kurban sebanyak Rp. 4.700.000. Apabila dirinci, Rp. 2.000.000 dari seorang donatur untuk pembelian seekor kambing atas nama Ukar Sukarya menurut donatur dan uang sisanya digunakan untuk pembelian kambing seharga Rp. 2.700.000 yang diatasnamakan mbah Sariyem, salah seorang warga.
Pembelian kambing dilakukan di daerah Semanggi RT 03/06 Pasar Kliwon, Surakarta, Jawa Tengah 57191. Tempat ini dekat dengan pasar Klithikan.
Dua kambing terbeli dengan harga masing-masing Rp. 2.000.000 dan Rp. 2.700.000.
Pengiriman hewan dilakukan dengan mobil pikap ditemani oleh dua orang pengurus yaitu Fauzi Azwin Aziz dan Agung Prakoso. Perjalanan dilakukan hampir 2 jam dengan kecepatan sedang.
Kambing diserahkan pada selasa, 28 Juli 2020 ke warga daerah Sambirejo, Kembang, Jetis, Sragen, Jawa Tengah 57293. Kami memilih tempat tersebut dengan pertimbangan bahwa penyembelihan kurban di desa itu terbilang jarang dan tidak pasti. Bilapun diadakan, maka setiap rumah hanya mendapat jatah satu plastik ringan. Warga di sana sangat senang dan merasa terbantu dengan adanya kegiatan Kurium ini.
Gambar 1. Gua Gong di Desa Bomo, Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan, Jatim. Sumber : L Darmawan/Mongabay Indonesia
Menurut KBBI, gua diartikan sebagai liang (lubang) besar (pada kaki gunung dan sebagainya). Gua bisa diartikan juga sebagai sebuah lubang besar dan dalam yang alami berada dalam bumi. Di Indonesia memiliki banyak gua seperti gua Gong yang berada di Pacitan, gua Maharani di Lamongan, gua Pindul di Gunungkidul, dan masih banyak lagi. Di dalam gua-gua itupun kita pasti akan menemukan batuan yang menjulang ke atas maupun yang menjulang kebawah. Batuan tersebutlah yang menambah nilai estetika gua yang dikagumkan oleh para wisatawan. Batuan tersebut dikenal sebagai stalagmit dan stalaktit. Lalu apa itu stalagmit dan stalaktit?
Stalagmit dan Stalaktit
Menurut
bahasa Yunani, stalaktit berasal dari kata stalasso yang berarti menetes.
Stalaktit adalah jenis mineral sekunder atau speleothem yang terlatak di bagian
atas gua (langit-langi gua). Stalaktit merupakan batuan yang berada di
langit-langit gua yang menjulang kebawah. Stalaktit digolongkan sebagai batu
tetes yang memiliki tekstur keras. Sedangkan stalagmite adalah batuan yang
berada di dasar gua (lantai gua) yang menjulang ke atas. Stalagmit ini
terbentuk dari kumpulan kalsit yang berasal dari air-air yang menetes.
Stalagmit dan stalaktit ini saling beriringan, karena biasanya diatas stalagmit
terdapat stalaktit.
Terbentuknya Stalagmit dan Stalaktit
Gua sangat berkaitan dengan kawasan batu kapur. Gua bisa
terbentuk karena air hujan yang di dalamnya terkandung gas karbon dioksida (CO2)
yang kemudian diserap dari atmosfer. Kandungan utama batu kapur yaitu kalsium
karbonat (CaCO3) larut dengan asam, khususnya asam yang mengandung
CO2. Selanjutnya membentuk saluran-saluran dalam waktu yang lumayan
lama. Reaksi kimianya adalah sebagai berikut:
CaCO3
(s) + H2O (l) + CO2 (aq) ↔
Ca2+ (aq) +2HCO3– (aq)
Reaksi diatas merupakan reaksi kesetimbangan. Reaksi tersebut termasuk reaksi bolak-balik yang berarti air yang mengandung senyawa asam CO2 akan melarutkan karbonat menjadi kalsium dan bikarbonat. Reaksi balik dari kanan ke kiri akan kembali menghasilkan karbonat. Pembentukan pilar stalagmit dan stalaktit terjadi saat air yang mengandung kalsium karbonat menguap secara terus-menerus atau jumlah CaCO3 berkurang. Menurut prinsip Le Chatelier, apabila konsentrasi suatu zat berkurang, maka reaksi akan bergeser kearah zat yang berkurang. Sehingga, reaksi akan bergeser ke kiri (pembentukan CaCO3). Hal ini dapat diamati melalui saat jatuhnya larutan Ca2+ dan HCO3– yang berada di langit-langit gua. Penguapan dalam gua terjadi dalam waktu yang sangat lama. Hal tersebut dikarenakan beberapa faktor seperti tidak ada radiasi matahari untuk menarik molekul air, kecilnya pergerakan udara atau bahkan hampir tidak ada, serta hampir semua udara yang jenuh dengan uap air. Pertambahan panjang stalaktit hanya 0.2 mm pertahun. Gambar mekanisme pembentukan stalaktit dan stalagmit adalah sebagai berikut (Satrio dkk.,2012):
Gambar 2. Mekanisme pembentukan Stalagmit dan Stalaktit
Perbedaan Stalagmit dan Stalaktit
Stalaktit adalah batuan kapur yang berada dari bagian atas gua (langit-langit gua) dan menuju ke bagian dasar gua (lantai gua), sedangkan stalagmit batuan yang menjulang ke atas, yaitu dari bagian lantai gua menuju ke bagian langit-langit gua.
Stalaktit terbentuk dikarenakan Ca(HCO3)2 yang sudah terurai sebelum menetes ke dasar gua, sehingga menjadi tertumpuk atau terjadi penumpukkan CaCO3 yang berada di atap gua. Sedangkan stalagmit terbentuk karena Ca(HCO3)2 yang menetes ke dasar gua dan terurai menjadi CaHCO3, H2O, dan juga CO2. Ca(HCO3)2 ini terus menetes dan mengakibatkan penumpukkan CaCO3 yang kemudian dikenal sebagai stalagmit.
Di dalam gua yang tegolong gua kapur, terjadi tetesan yang berasal dari air hujan. Endapan batu kapur yang berada pada atap gua disebut stalaktit. Sedangkan endapan dibawahnya disebut stalagmit.
Stalaktit benbentuk lebih runcing dan berlubang- lubang, sedangkan stalagmit bentuknya berlapis- lapis di lantai gua dan tidak berlubang.
Jadi, stalagmit dan stalaktit ini berada beriringan
pada bagian lantai dan langit-langit gua. Namun, ada juga stalagmit yang tidak
memiliki stalaktit di atasnya. Stalagmit dan stalaktit terbentuk secara alami
serta dapat memperindah tampilan dalam gua. Stalaktit dan stalagmit yang
terindah di Asia Tenggara dapat kita temui di Gua Gong, Pacitan, Jawa Timur.
Bagaimana penjelasan tentang kimia dalam stalaktit dan stalagmit di atas? Menarik,
bukan? Demikian deskripsi dari kami, sampai jumpa.
Referensi
Buku
dan Jurnal:
Muchtaridi dan Justiana, S. 2007. KIMIA 2 SMA Kelas XI. Jakarta: Yudhistira Quadra
Satrio.,
Sidauruk, P., Pratikno, B.2012. Studi
Iklim dan Vegetasi Menggunakan Pengukuran Isotop Alam Stalaktit Goa Seropan,
Gunung Kidul-Yogyakarta. Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi A Scientific
Journal for The Applications of Isotopes and Radiation,8 (1): 43-52